Jumat, 26 November 2010

Prinsip dan Napoleon

lama ga ngeblog... males banget belakangan ini. ~_~
kebanyakan sibuk ngerjain tugas-tugas yang numpuk, tapi ga bisa dipungkiri bahwa waktu yang saya miliki kebanyakan habis untuk hal-hal yang kurang penting dan kurang mendukung pengembangan diri... what a waste... (halah.... udah curcolnya........)

Jadi kemaren gw abis ngobrol kusir sama beberapa anak mesin. Aturan sih rapat MFEST, tapi beberapa orang yang merasa jenuh keluar dari ruang CC barat buat cari angin. Beberapa anak itu adalah gw , babal , andre dan si aga yang kemudian menyusul.

Dan sambil ngisep beberapa batang rokok (gw bukan pecandu rokok, tapi kalo anak mesin lagi kumpul gitu ga ngerokok itu rada aneh juga rasanya), kita ngobrol ngalor ngidul mulai dari dosen sampe negara. Awalnya mbahas tentang PT freeport sampe sulitnya mempertahankan eksistensi prinsip kita ketika kita sudah mulai bekerja. Menurut gw dan diamini oleh beberapa temen gw, mempertahankan suatu prinsip ketika kita sudah kerja memang sangat sulit. Maka itu, dapat dimaklumi kalau kemudian negara kita menjadi salah satu negara terkorup di dunia.

Tapi yg mau gw bahas di sini bukan masalah korup atau hancurnya masa depan negara sih... itu saya serahkan sama yang lebih berhak dan punya waktu lebih.
Salah satu topik yang kita bahas waktu itu adalah prinsip.

Iya, PRINSIP.......

Banyak orang melakukan sesuatu dengan rela, tanpa harapan apa pun karena mereka memperjuangkan prinsipnya.

Ga bisa dipungkiri lagi, hampir semua orang yang namanya tercatat di sejarah itu orang dengan prinsip hidup yang kuat.
Kita ambil salah satu contoh yang gw tau dan gw pernah baca, yaitu Napoleon Bonaparte.
Waktu dia melancarkan agresinya ke Rusia. Napoleon berangkat dengan kurang lebih setengah juta pasukan. Pasukan ini gabungan dari beberapa negara jajahannya seperti belanda, italia Dll. Mereka berangkat dengan keyakinan penuh, karena pasukan napoleon ini jauh lebih banyak dari pasukan Rusia yang akan mereka serang.
Tapi karena kesalahan membaca alam rusia, napoleon kehilangan banyak pasukannya ketika musim dingin mulai melanda. Pasukannya yang tidak membawa perbekalan yang cukup, banyak yang mati kedinginan atau terkena penyakit karena musim dingin tersebut.
Sementara itu, tentara rusia menyerang pasukan raksasa tersebut dengan mode gerilya dan menghabisi sedikit demi sedikit pasukan tersebut.
Akhir kata, Napoleon berhasil menguasai moskow, ibu kota rusia , tapi pasukannya jauh berkurang dari sebelumnya. Pasukan rusia dan warga rusia sendiri sudah meninggalkan kota moskow, sehingga yang napoleon dapati ketika masuk moskow hanyalah kota kosong yang bahan-bahan makanan yang ada di kota tersebut juga telah dimusnahkan oleh orang rusia sebelumnya.

Setelah itu, napoleon memutuskan untuk kembali ke paris, dan pada waktu dia berjalan kembali ke paris, pasukan rusia yang ternyata banyak bersembunyi di sepanjang jalan kembali menggunakan taktik gerilya untuk menghabisi sisa pasukan tersebut.

Akhir kata, napoleon bonaparte sendiri sampai di paris, tapi pasukan yang mengikutinya tinggal kurang dari 10 ribu orang.
Anehnya, di paris sendiri dia disambut sebagai seorang pemenang yang sudah menghabisis rusia, musuh dari timur.

Yang perlu digarisbawahi di sini adalah kepercayaan diri napoleon. Walaupun semua ahli milititer zaman dahulu hingga zaman sekarang pasti akan menilai invasinya adalah sesuatu yang gagal, tapi dia dan egonya menyatakan bahwa rusia sudah berhasil dikalahkan. ( kenyataannya beberapa saat kemudian rusia dan beberapa sekutunya menyerang dan menghancurkan prancis ).

Napoleon seharusnya sudah menyadari bahwa apa yang dia lakukan di rusia adalah suatu kesia-siaan kalau tidak dapat dibilang sebagai sebuah blunder militer terbesar dalam karirnya.
Dia bersikeras menyatakan bahwa operasi di rusia meraih hasil yang gemilang, hanya karena dia berhasil menguasai moskow yang memang sudah ditinggal oleh tentara dan orang rusia sendiri.
Tapi, prinsipnya yang kuat menyatakan bahwa hal rusia adalah suatu kemenangan.

Kepala batu napoleone lah yang membawa dia dari seorang yang bahkan bukan orang perancis, untuk menjadi kaisar perancis pertama setelah revolusi. Kepala batunya juga lah yang mengatasi semua keterbatasan fisiknya(dia berbadan sangat kecil, tapi merupakan salah satu lulusan terbaik akademi militer perancis).

Tapi kali ini prinsipnya sendiri yang menuntunya kepada kehancuran militer terbesar selama kariernya. Dan banyak yang bilang, bahwa hingga akhir hayatnya, napoleon tidak mau mengakui rusia sebagai suatu kesalahan dalam kariernya....(tanya kenapa..~_~...)


Jadi...... Seperti apakah harusnya prinsip kita ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...