Senin, 19 Juli 2010

5 Rahasia Hidup Bahagia


Rahasia pertama: Jujurlah pada diri sendiri


















Pembeda orang yang hidup bahagia dengan kebanyakan orang lainnya adalah kebiasaan mereka untuk bertanya kepada dirinya sendiri: "Adakah mereka sudah menjalani kehidupan yang mereka inginkan dan mengikuti bisikan hati untuk mendapatkan jawaban yang dicari." Jujur pada diri sendiri, pada 'aku' yang sejati, yang dimulai dengan tekad untuk hidup dengan sepenuh kesadaran. Dalam keseharian, banyak orang yang hidup seperti mummi. Berjalan ke sana ke mari, tapi hanya raganya, bukan jiwanya. Ia menjalani hidup dengan "skenario" yang dibuatkan oleh orang lain untuknya. Ia "terpaksa" menjalani hidup seperti itu karena tidak ada pilihan atau tidak ada keberanian. Keberanian untuk jujur kepada dirinya sendiri untuk bertanya: apa yang saya inginkan dalam hidup ini sesungguhnya?

Banyak orang yang hidup menjalani skenario yang dibuat oleh atasannya, kantornya, guru/dosennya, teman-teman atau lingkungannya. Banyak di antara kita juga mengalami hal serupa. "Jika anda tidak terus menerus mengkaji kehidupan anda untuk memastikan anda selalu berada di jalur yang benar, ada kemungkinan anda menjalani kehidupan orang lain", tulis John Izzo. Kuncinya adalah mendengarkan kata hati, yaitu kedisiplinan untuk mendengar bisikan hati dan keberanian untuk mengikutinya. Dalam Islam, kita ini bertugas sebagai hamba Allah. Peran-peran yang kita mainkan saat ini adalah dalam rangka itu. Pastikan peran-peran yang kita jalankan sejalan dengan kata hati kita.

Rasulullah Saw berpesan: "Istafti Qalbak" (tanyakanlah pada hatimu). Beliau juga bersabda, "Dosa adalah apa yang engkau rasakan tidak nyaman dalam dirimu, dan engkau tidak suka orang lain melihatmu melakukannya." Beliau juga bersabda, "Dosa adalah apa yang engkau rasakan tidak nyaman dalam dirimu, walaupun orang-orang berfatwa (tentang kebolehannya)." Ajaran Al-Quran dan Sunnah, itulah sebenarnya ajaran yang sejalan dengan hati kita, karena Agama ini adalah fitrah, yang tidak akan pernah bertentangan dengan hati kita.

Rahasia kedua: Jangan ada penyesalan

Agar kelak kita dapat meninggalkan dunia ini tanpa dibebani penyesalan yang dalam, kita harus menjalani hidup dengan berani, gigih mengejar apa yang kita cita-citakan dan jangan menjauh dari apa yang kita takuti. Agar tak ada penyesalan di kemudian hari, kita harus mampu mengatasi berbagai kekecewaan yang niscaya akan muncul di dalam kehidupan kita. Orang-orang berjiwa besar tidak pernah menyesal karena telah berusaha namun gagal. Justru kebanyakan merasa sedih lantaran kurang berani mengambil risiko. Kesadaran bahwa kita kemungkinan besar akan menyesal karena tak berani mencoba dapat berdampak terhadap cara kita mengambil keputusan.

Sepertinya, kegagalan bukanlah sesuatu yang paling disesalkan kebanyakan; justru keputusan tak mengambil risiko sama sekali itulah yang perlu ditakuti. Kita tak pernah bisa memastikan kesuksesan akan tercapai, sebab setiap upaya kita senantiasa mengandung risiko kegagalan. Kita tidak bisa memastikan keberhasilan akan mudah diraih, tapi kita dapat memastikan kegagalan dengan tidak mencobanya sama sekali.

Rahasia ketiga: Jadilah cinta

David (70 tahun) mengisahkan saat ayahnya menjelang kematian. Seluruh keluarga telah berkumpul. Ia mengingat bahwa ayahnya sama sekali tidak pernah membicarakan harta yang ia miliki. Tak sekali pun ia menyinggung perihal mobil, rumah atau harta kekayaan yang berhasil ia kumpulkan semasa hidupnya. Sebaliknya, ia malah minta diambilkan semua koleksi album foto-foto yang menunjukkan momen-momen paling istimewa dalam hidupnya - foto pernikahan, kelahiran anak-anaknya, acara rekreasi keluarga, dan saat-saat paling berkesan di tengah-tengah para sahabatnya. "Saat ajal menjelang, manakaala waktu kita tinggal sedikit tersisa, cinta adalah satu-satunya hal yang kita butuhkan", demikian kesimpulan David. Cinta adalah kehidupan, bila ia hilang, hilang pula kehidupan anda, kata Leo Buscaglia, filusuf Italia.

Dari ratusan wawancara yang dilakukan, semakin jelas bahwa cinta, baik itu memberi atau menerima, merupakan unsur utama bagi terciptanya kehidupan manusia yang bahagia dan jelas tujuannya. "Menjadi Cinta", tentulah tidak mudah menjalaninya. Hal terpenting, untuk menjalani hidup bahagia penuh tujuan dan makna adalah bukan hanya meneriima uluran cinta, tapi kita harus mejadi manusia penuh cinta kasih. Kita bisa memberi tanpa cinta, tapi kita tidak bisa mencinta tanpa memberi. Sebuah renungan bagi kita semua.

Rahasia keempat: Jalanilah hidup dengan sepenuh hati

Manusia yang selalu hidup untuk esok hari tak akan pernah mencapai mimpi-mimpinya, kata Leo Buscaglia. Jika hidup memang begitu singkat, maka salah satu rahasia untuk meraih bahagia adalah dengan semaksimal mungkin menikmati dan memanfaatkan waktu yang sempit itu, dan mengupayakan setiap detik dan hari yang kita lalui benar-benar menjadi sebuah anugerah. "Tingkatkanlah kualitas waktu", kata Thoreau, filusuf Amerika.

Menjalani hidup dengan sepenuh hati berarti menjalani, menghayati, dan mensyukuri setiap detik kehidupan kita, bukannya menilai dan melaknati kehidupan. Dengan kata lain, janganlah kita terlalu pusing dengan masa lalu dan masa depan, melainkan jalanilah setiap detik dalam hidup ini dengan penuh rasa syukur dan tekad yang teguh. Kita harus sadar bahwa kita memiliki kekuatan hati untuk berpuas hati dan berbahagia. Saya tak boleh menilai atau mengeluhkan kehidupan saya. Saya harus menikmati dan mensyukurinya apa adanya. Sudah banyak sebetulnya buku yang mengajarkan ini. Be present, kata Spencer Johnson. The Power of Now, kata Eckhart Tolle. Semuanya sama, mengajarkan kita untuk menikmati dan mensyukuri kekinian. Today is a present, hadiah. Yesterday is history, Tomorrow is mistery, and Today is a Gift. Maka nikmatilah hidup ini bersama orang-orang yang kita cintai.

Bebarapa aktivitas pagi kita kadang begitu remeh, berjalan-jalan menikmati udara segar, memandikan anak, memberi makan ikan di kolam, menyirami dan merawat tanaman, menulis blog ini, minum segelas jus, melakukan peregangan otot... dsb. Semua itu sebenarnya begitu nikmat dan indah, jika dilakukan dengan sepenuh hati dan kesyukuran yang mendalam. Sebagai Muslim, kita diajarkan bahwa waktu itu harus dimanfaatkan untuk ibadah, baik ritual mau pun ibadah dalam arti luas. Menjalankan "ritual" tersebut dengan rasa flow. Saya merasa bahagia. Saya merasa cukup. Saya merasa terpenuhi. Saya bersyukur kepada Allah Mahapengasih dan Mahapenyayang.

Rahasia kelima: Berikan lebih banyak dari yang anda terima

Pada peperangan Hunain kaum Muslimin mendapatkan ghanîmah (harta rampasan perang) sebanyak 6000 orang tawanan, 24.000 ekor unta dan 40.000 ekor kambing. Jumlah itu hanya dari perang Hunain saja. Belum ditambah dari perang-perang yang lainnya. Dari ghanîmah tersebut, Rasulullah Saw berhak menerima khumus (seperlima bagian), sesuai ketetapan Allah di dalam Al-Quran. Semestinya Rasulullah adalah seorang yang sangat kaya raya dengan jatah yang sedemikian besar. Coba anda bayangkan, seperlima dari jumlah ghanîmah Hunain saja beliau berhak mendapatkan 1.100 hamba, 5.000 ekor unta dan 8.000 ekor kambing. Kalau seandainya harga rata-rata seekor unta Rp 5.000.000,- dan seekor kambing Rp 500.000,- maka harta Rasulullah Saw dari harga unta dan kambing itu saja sudah mencapai Rp. 29.000.000.000,-.

29 Milyar dalam satu kali peperangan. Kemana semua harta ini pergi sehingga beliau dan keluarga harus bermalam dalam keadaan lapar? Bahkan sampai beliau pernah berkta kepada pembantunya Anas bin Malik ra, "Tidak ada pada setiap pagi dan sore hari di rumah-rumah Muhammad—yang berjumlah sembilan rumah—selain satu shâ' gandum." (1 Shâ`= 4 Mud, 1 Mud = ukuran sepenuh dua telapak tangan laki-laki biasa). Jadi, kurang lebih hanya 1 kg untuk sembilan rumah? Kemana perginya seluruh harta itu sampai untuk makan keluarga saja, beliau harus meminjam 30 Shâ` gandum kepada seorang Yahudi dengan menggadai baju perang?

Rasulullah Saw sebenarnya ingin mengajarkan umatnya sebuah rahasia kebahagiaan hidup, bahwa dengan memberi hidup akan menjadi bahagia di Dunia dan Akhirat. Harta yang kita miliki hanyalah titipan Allah, dan seorang yang amanah adalah yang tidak nyaman sebelum titipan itu dikembalikan kepada pemiliknya. Lihatlah Rasulullah! Beliau tidak hidup hanya untuk dirinya sendiri, bahkan tidak juga hidup untuk istri dan keluarganya saja. Semua harta yang beliau miliki dipergunakan untuk kemaslahatab dan kepentingan umat. Beliau bahkan meninggal dalam keadaan baju perangnya digadaikan pada seorang Yahudi untuk mendapatkan beberapa kilo gandum demi menafkahi keluarganya. Demikianlah Rasulullah Saw mengajarkan kepada kita bagaimana hidup untuk lebih banyak memberi.

Dikutip dari www.pkesinteraktif.com, dengan beberapa modifikasi dan tambahan

2 komentar:

  1. waa keren yaan .
    gw suka deh yang paragraf pertama :)

    BalasHapus
  2. Hola Bryan..aku aku setuju.Paragraf pertama keren nih..terkadang kita suka plin plan dalam mengambil keputusan. Tapi setelah membaca point yang pertama, aku ngerasa tambah yakin kalo ingin menjalani kehidupan sesuai yang kita inginkan maka kita harus berani membuat pilihan; tokoh utama di kehidupan kita sendiri, atau sebagai figuran di kehidupan orang lain.

    Tulisan yang bagus nih bray..selamat menjalani kehidupan...semoga penuh manfaat.

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...