Latar Belakang
Pada beberapa dekade ke belakang,
industri telekomunikasi adalah salah satu industri yang selalu menjanjikan
keuntungan besar bagi investornya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk paling besar di
dunia tentunya menjadi pasar yang menjanjikan untuk berinvestasi di bidang ini.
Kendati sangat menjanjikan, pasar
telekomunikasi Indonesia selalu dipenuhi dengan tantangan-tantangan bagi
operator seluler. Tantangan ini diantaranya disebabkan oleh banyaknya operator
seluler yang beroperasi, regulasi yang kurang ketat mengenai persaingan usaha
di bidang telekomunikasi serta perlambatan perekonomian nasional saat ini.
Walaupun mencatat peningkatan jumlah
pelanggan (pengguna nomor sim-card
yang aktif), namun nilai pendapatan di industri ini tidak mengikuti pertambahan
jumlah penggunanya. Hal ini diakibatkan oleh sistem prabayar yang kini semakin
populer. Pelanggan prabayar tidak memiliki loyalitas pada operator tertentu dan
cenderung mencari operator seluler yang paling murah meskipun dia harus
berganti nomor kartu.
Di Filipina misalnya, pada tahun 2006
tercatatat peningkatan jumlah pelanggan seluler mencapai 22%, namun pada saat
yang sama, pendapatan operator hanya naik 3%. Kebiasaan ini semakin membuat ARPU (Average Revenue Per User) industri telekomunikasi menurun.
Untuk mengatasi masalah turunnya ARPU, operator telekomunikasi saat ini
mencari peluang bisnis lainnya seperti konten dan mobile data service. Dahulu, bisnis komunikasi fixed line, mobile, hiburan elektronik dan Teknologi
Informasi adalah entitas bisnis yang
terpisah, sedangkan saat ini, entitas – entitas tersebut menjadi satu atau
mengalami konvergensi dan menjadi lahan bisnis baru bagi operator seluler.
Walaupun
komunikasi suara masih menjadi bisnis andalan operator seluler, namun
perkembangan bisnis konten seperti wireless
broadband, mobile entertainment, enterprise solutions dan e-commerce sudah
mulai berkembang dengan pesat. Potensi pasar untuk mobile wireless di Asia
Pasifik menurut perkiraan biro konsultasi Ovum dari Inggris dapat mencapai 311
milyar Dollar AS di tahun 2015, meningkat dibandingkan 251 milyar Dollar AS di
tahun 2009.
Walaupun
berhadapan dengan tantangan-tantangan yang tidak mudah, namun berinvestasi
sebagai operator seluler di Indonesia masih merupakan pilihan yang tepat.
Disamping jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 240 juta penduduk,
potensi pendapatan dari perkembangan mobile
data di Indonesia masih sangat besar.
Di tengah ketatnya persaingan operator
seluler saat ini, operator yang ingin berhasil haruslah mempunyai gambaran
seperti apa industri telekomunikasi seluler Indonesia di masa depan. Operator
yang dapat memprediksi masa depan dunia telekomunikasi Indonesia akan dapat
mempersiapkan strategi yang tepat untuk mengatasinya.
IBM
Institute for Bussiness Value, belum lama ini mengadakan riset untuk
mengetahui bagaimanakah pola bisnis telekomunikasi dunia dalam 3-10 tahun ke
depan. Riset ini menghasilkan 4 buah skenario. Skenario-skenario ini dapat membantu operator seluler untuk
mempersiapkan langkah-langkah yang harus diambil di tengah bisnis telekomunikasi
yang penuh dengan persaingan.
Tantangan untuk Industri Telekomunikasi Masa Depan
Para periset di IBM Institute for Bussines Value menyatakan bahwa terdapat beberapa
tantangan untuk industri operator seluler masa depan. Tantangan – tantangan
tersebut antara lain:
1.
Transformasi Seluler
Pengguna telepon seluler di seluruh
dunia mengalami peningkatan yang sangat pesat pada dekade ini. Pada tahun 1999,
hanya kurang dari satu untuk tiap enam orang di seluruh dunia memiliki akses
pada telekomunikasi jarak jauh. Pada tahun 2009, angka ini meningkat dengan
sangat pesat. 7 dari 10 orang di dunia memiliki akses pada telepon seluler.
Seiring
berkembangnya jumlah pelanggan, saat ini telekomunikasi menjadi bisnis yang
sangat terintegrasi. Hanya beberapa tahun yang lalu saja, Fixed
line, mobile maupun bisnis konten, adalah bisnis yang berdiri
sendiri-sendiri.
Kini, bisnis
telekomunikasi sudah memasuki babak baru yang disebut era konvergensi. Seiring
dengan makin pesatnya perkembangan perangkat TIK, penggunaan perangkat
teknologi informasi dan komunikasi untuk proses entertainment, computation dan communication
meningkat secara drastis di seluruh dunia. Konvergensi ini sedemikian dahsyatnya
hingga saat ini, telekomunikasi dapat membuat sebuah sektor sosial baru.
Generasi muda berperan sebagai pemeran utama
dalam peningkatan jumlah penggunaan layanan telekomunikasi, sedangkan penggunaan
media sosial melalui internet menjadi titik tolak peningkatan ini, (Contohnya
pada saat Pilpres 2014).
Meskipun terjadi peningkatan di jumlah
pengguna secara keseluruhan, namun tingkat pendapatan yang dapat diperoleh dari
tiap pengguna tersebut tidak sebaik peningkatan jumlah pengguna. Average Revenue Per User (ARPU) yang diperoleh para operator
seluler tidak meningkat secara signifikan. Ini
merupakan berita buruk bagi operator-operator seluler yang menjadikan ARPU sebagai salah satu kriteria kesuksesan
perusahaan.
2. Perubahan
Karakteristik Pengguna Telekomunikasi Seluler
Komunikasi secara garis besar saat ini dapat
dibagi menjadi komunikasi berbasis online (VoIP,
peer to peer, social network, email,
dll) serta komunikasi berbasis telepon konvensional (telepon, SMS serta MMS). Volume
komunikasi berbasis telepon konvensional saat ini menunjukkan kenaikan yang
jauh lebih kecil ketimbang komunikasi berbasiskan mobile data.
Di negara-negara maju di Eropa, Peningkatan
dari rata-rata lama orang menelepon hanya meningkat 9% dalam kurun waktu 2005 –
2010. Di lain pihak, pengguna telekomunikasi berbasis online seperti VoIP atau pengiriman pesan instan online
meningkat 211%.
3. Tantangan untuk Monetisasi Konten
Monetisasi konten sangat krusial dilakukan
oleh setiap operator seluler. Saat ini monetisasi konten yang dilakukan oleh
sebagian besar operator seluler masih belum menunjukkan hasil yang optimal.
Di masa depan, diperkirakan hampir
semua aspek kehidupan masyarakat seperti penarikan uang dari bank, belanja
online serta kegiatan yang biasanya dilakukan secara langsung, dapat dilakukan
melalui jalur online. Hal ini merupakan peluang pasar yang dapat ditangkap
operator seluler.
4. Ketidaksesuaian
Antara Jumlah Traffic Data dan
Pendapatan
Salah satu hal terpenting yang terjadi di
dunia telekomunikasi seluler dalam beberapa tahun terakhir adalah berjalannya
sistem jaringan HSPA (High Speed Packet Access). Berjalannya HSPA berarti
peningkatan jumlah traffic data secara
signifikan bagi operator seluler. Secara
global, setelah HSPA diperkenalkan
pada tahun 2008, traffic data seluler
di seluruh dunia meningkat lebih dari dua kali lipat.
Namun, sayangnya peningkatan jumlah traffic ini tidak sesuai dengan jumlah
pendapatan yang diperoleh oleh industri operator seluler. Teknologi baru yang
lebih murah menjadikan layanan data yang lebih murah pula untuk para pengguna
seluler. Kurva pergeseran pendapatan dan jumlah traffic dari penggunaan mobile data pada jaringan konvensional (voice dominant) dengan jaringan modern (data dominant) dapat digambarkan sebagai
berikut:
Kurva di atas menggambarkan ternyata
pertumbuhan pendapatan operator seluler tidak sebanding dengan peningkatan traffic data yang terjadi. Walaupun data
yang ditransmisikan berlipat semakin banyak, namun pendapatan yang diperoleh
operator seluler tidak selaras dengan peningkatan jumlah traffic data.
4 Skenario Industri
Telekomunikasi Masa Depan
Menurut IBM Institute for
Bussines Value, terdapat 4 jenis scenario yang akan berlaku di pasar
persaingan operator telekomunikasi seluler masa depan. Skenario-skenario
tersebut adalah:
Dalam diagram di atas, terdapat 2
kriteria perubahan yang akan menentukan ke arah mana skenario telekomunikasi
masa depan ini akan bergerak. Di bidang vertikal, terdapat “Perkembangan Model
Pasar Telekomunikasi” dan di bidang horizontal terdapat “Kompetisi/integrasi
Struktur Telekomunikasi”.
·
Perkembangan Jenis Pasar
Telekomunikasi
Perkembangan
model pasar mencakup segala macam hal yang berkaitan dengan pendapatan operator
seluler di masa depan. Hal-hal yang mempengaruhi model pasar operator seluler mencakup
jumlah pelanggan (costumer), jumlah
pendapatan per pelanggan atau ARPU
dan inovasi teknologi baru yang memungkinkan industri telekomunikasi meraih
laba yang lebih banyak.
Perkembangan
model “pasar yang stagnan” berarti tidak banyak perubahan dalam jumlah
pelanggan, ARPU serta tidak
ditemukannya teknologi baru yang dapat menciptakan peningkatan pendapatan dalam
jumlah signifikan.
Perkembangan
model “pasar yang ekspansif” berarti terdapat peningkatan secara
signifikan dalam jumlah pendapatan, atau ditemukannya sebuah teknologi atau
cara baru untuk meningkatkan pendapatan operator seluler.
·
Kompetisi/Integrasi Struktur
Telekomunikasi
Kompetisi/integrasi
dari struktur telekomunikasi mencakup hal-hal seperti entry barrier untuk industri telekomunikasi, peraturan pemerintah,
serta profil dari konsumen operator seluler.
Integrasi
struktur telekomunikasi yang terkonsentrasi berarti sebuah profil konsumen yang
terpusat dan dapat dikendalikan oleh beberapa operator seluler besar.
Operator-operator seluler besar ini dapat melakukan monopoli dan dapat
beroperasi secara ekonomis. Monopoli dari operator seluler besar dan tidak
adanya inovasi baru yang dapat menurunkan biaya operasional membuat entry barrier ke industri telekomunikasi
semakin tinggi dan terkonsentrasi.
Sebaliknya,
integrasi struktur telekomunikasi yang terfragmentasi berarti profil konsumen
yang beraneka ragam (korporasi, SME,
dll) dan memiliki penanganan khusus untuk tiap jenisnya. Hal ini membuat sejumlah
operator seluler besar tidak mampu melayaninya. Biasanya hal ini dibarengi
dengan adanya kemajuan teknologi yang membuka peluang pasar baru. Hal ini sudah
terjadi di negara – negara ASEAN. Di beberapa negara ASEAN, muncul operator
telekomunikasi yang hanya melayani sms dan telepon di area tertentu saja,
operator yang mengkhususkan diri untuk mobile
money, dll.
Skenario ini
menuntut para operator seluler melakukan pemisahan unit usaha mereka. Jika
pendirian unit – unit anak usaha mereka gagal, mereka terpaksa melepas satu
bagian dari fragmen pasar tersebut kepada pemain baru yang lebih efisien.
Unsur Masa
Depan Telekomunikasi Indonesia
Menurut studi dari IBM
Institute for Bussiness Value, ada 5 hal yang menyusun skenario dari bisnis
operator telekomunikasi seluler di masa depan. Hal – hal tersebut antara lain:
1.
Penggunaan – Pola dari konsumsi konsumen
industri telekomunikasi seluler
2.
Servis – Perubahan pada komposisi servis
telekomunikasi
3.
Akses – Perubahan teknologi
4.
Model Bisnis – Struktur dari pola pendapatan masa
depan industri telekomunikasi
Ø
Penggunaan
Dalam
beberapa tahun ke depan, jumlah transfer data di industri telekomunikasi
selular di Indonesia akan bertambah
secara signifikan. Hal ini antara lain didorong oleh jumlah populasi Indonesia
yang sebagian besar merupakan penduduk muda, penerapan teknologi maju seperti LTE, serta masih rendahnya tarif transfer
data seluler di Indonesia. Hal ini memungkinkan operator seluler di Indonesia
untuk meningkatkan tarif mereka.
Di
samping itu, ekonomi Indonesia yang terus tumbuh juga akan membantu para
operator seluler untuk mendapatkan pendapatan yang lebih. Dari beberapa riset
yang dilakukan, pendapatan Domestik Bruto (PDB) dari suatu negara mempunyai
kaitan yang erat dengan peningkatan jumlah pelanggan telepon, dengan catatan,
negara tersebut masih tergolong dalam negara berkembang.
Ø Servis
Salah satu
hal yang dapat merubah pola konsumsi konsumen industri telekomunikasi adalah
teknologi. Contohnya dengan teknologi telekomunikasi melalui internet atau VoIP.
Dengan
teknologi ini, konsumen tidak perlu lagi menggunakan sambungan telepon seluler
biasa. Hal ini tentu saja akan menyebabkan perubahan pola pendapatan operator
seluler. Hingga saat ini, di Indonesia penggunaan VoIP masih tidak seramai di negara maju. Hal ini diprediksi masih
akan terus berlanjut hingga beberapa tahun mendatang.
Penggunaan VoIP memerlukan akses mobile
internet yang cukup cepat, sedangkan investasi peningkatan kapasitas HSPA di Indonesia nampaknya akan sulit
karena frekuensi yang sudah penuh. Harapan mobile
data Indonesia masa depan terletak pada teknologi LTE. Namun, LTE pun
nampaknya masih akan menunggu karena biaya yang tinggi untuk pengembangannya.
·
Akses
Pada tahun 2015, diprediksikan akan
ada 800 juta pelanggan broadband kabel dan lebih dari 1 milyar pelanggan
broadband mobile di seluruh dunia.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya,
salah satu teknologi yang mungkin dapat merevolusi akses broadband mobile di Indonesia adalah LTE. Namun, hingga saat ini, penggunaan LTE secara massal di seluruh nusantara
nampaknya masih harus menunggu. Selain dikarenakan besarnya investasi yang akan
dikeluarkan oleh operator seluler, regulasi pemerintah yang mengatur LTE juga
belum kunjung terbit.
Jika LTE sudah dapat diterapkan secara
massal di seluruh Nusantara, maka kemungkinan besar VoIP akan menjadi pilihan
utama para pengguna jasa telekomunikasi di seluruh Indonesia. Hal ini tentunya
akan merubah pola konsumsi mereka dan pola pendapatan operator seluler secara
signifikan.
·
Bisnis Model
Bisnis
model yang digunakan sangat tergantung dengan keadaan pasar, teknologi dan
regulasi pemerintah di bidang telekomunikasi seluler.
Untuk
bisnis model jangka panjang, ketersediaan data konsumen secara real time
sangatlah penting. Model bisnis telekomunikasi masa depan diperkirakan akan
menjadi sangat dinamis, sehingga memerlukan manajemen yang cepat tanggap dalam
menghadapi perubahan permintaan konsumen.
Dalam
jangka pendek dan menengah, operator seluler dapat meningkatkan keuntungan dari
pengembangan konten – konten bisnis konvensionalnya seperti sms ataupun layanan
telepon seluler.
·
Industri dan Peraturan Pemerintah
Peran pemerintah saat ini yang paling
menentukan adalah pembuatan regulasi
dari LTE. Teknologi 4G merupakan
teknologi akses nirkabel generasi ke-empat yang akan menggantikan teknologi akses
nirkabel generasi ke-tiga (3G). Teknologi ini menyediakan layanan video, data
dan suara berbasis IP yang memiliki rata-rata pengiriman data lebih tinggi dari
generasi sebelumnya.
Teknologi 4G memberikan layanan
transfer data yang sangat cepat, bahkan lebih cepat daripada koneksi broadband
wireless rata-rata saat ini. Sebenarnya, saat ini ada dua macam teknologi yang
menjadi poros dari perkembangan teknologi 4G, yaitu WiMax dan LTE (Long Term Evolution). Namun
pemerintah Indonesia nampaknya akan fokus pada pengembangan infrastruktur untuk LTE saja.
Selain perkembangan
teknologi 4G, sebenarnya pemerintah memiliki banyak program untuk mendukung
masa depan transfer data selular. Salah satunya adalah keinginan pemerintah
untuk membangun e-government yang tercantum
dalam rencana “Roadmap TIK Nasional”. Pembangunan e-government ini dapat
menciptakan pasar baru untuk para operator telekomunikasi seluler.
Skenario
Industri Telekomunikasi Kita di Masa Depan
Berdasarkan
unsur – unsur penyusun pola industri telekomunikasi Indonesia masa depan di
atas, maka Industri telekomunikasi kita di masa depan nampaknya akan sesuai
dengan skenario ke – 2, yaitu Generative
Bazaar.
Skenario “Generative Bazaar” adalah skenario terbaik dibanding ketiga
skenario lainnya. Skenario ini menjanjikan pertumbuhan pendapatan yang tinggi
bagi operator seluler. Namun, operator seluler harus mampu mengatasi
perkembangan pasar yang terjadi beserta segmen – segmen pasar baru yang akan
dibentuk.
Untuk skenario ini, ada beberapa hal yang
perlu dicermati oleh operator seluler. Hal-hal tersebut antara lain adalah:
1.
Melakukan separasi bisnis secara struktural
·
Mendefinisikan
dan mengimplementasikan target untuk proses separasi bisnis yang akan dilakukan.
·
Mempersiapkan
kapasitas untuk mendukung penjualan produk pada market yang berbeda – beda.
2.
Mempersiapkan infrastruktur jaringan akses
yang kuat
· Mengantisipasi pertumbuhan akses data yang berlipat – lipat, sehingga ketika datang kebutuhan tersebut, operator seluler mampu menanganinya secara efisien.
·
Mempersiapkan tindakan yang tepat
untuk setiap regulasi baru yang muncul.
3.
Melakukan inovasi pada pelayanan/servis
·
Selalu membuka
peluang kerjasama dengan third – party
provider untuk meningkatkan kemampuan jaringan ataupun konten – konten yang
dijual selama masih cost effective.
·
Melakukan
investasi yang besar dalam penciptaan inovasi atau konten – konten baru.
4.
Desain bisnis yang dinamis
·
Mempersiapkan
infrastruktur untuk konektivitas dari beragam obyek, sensor, peralatan atau
aplikasi.
·
Mempersiapkan
infrastruktur pengumpulan data secara real
– time untuk mendukung pengambilan keputusan yang dinamis.
·
Meningkatkan
peran cloud base – computing untuk
menurunkan cost dan meningkatkan fleksibilitas bisnis.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh IBM Institute for
Bussines Value mungkin tidak sepenuhnya cocok diterapkan
dalam persaingan operator di Indonesia. Namun, dengan bantuan penelitian ini,
operator seluler Tanah Air setidaknya mendapatkan panduan dalam merumuskan
perencanaan bisnisnya.
Kemampuan
membuat perencanaan bisnis yang matang akan membuat operator seluler mampu berjaya
di pasar Indonesia yang sangat potensial ini.
Daftar Pustaka
§ Kementrian
Komunikasi dan Informatika. (2012). Komunikasi
dan Informatika Indonesia, Buku Putih 2012. Badan Penelitian dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementrian Komunikasi dan Informatika. Jalan
Medan Merdeka Barat No. 9 Jakarta 10110
§ Biro
Riset LMFEUI. Analisis Industri Telekomunikasi: Masukan bagi Pengelola BUMN.
§ Wikipedia.
Telekomunikasi Seluler Indonesia.
§ IBM Institute for Business Value.
(2010). Telco 2015 (Five telling years, four future scenarios).
§ Deloitte.
(2013). Prediksi Teknologi, Media &
Telekomunikasi 2013. Edisi Asia Tenggara
§ Wikipedia.
Long Term Evolution (LTE).
http://id.wikipedia.org/wiki/LTE
(Diakses, 23 Agustus 2013) .